KRONOLOGI TRAGEDI TRISAKTI MEI 98
BISMILLAH peristiwa berdarah tragedi trisakti memang telah lama berlalu menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan pelajaran berharga bagi generasi kita saat ini dan akan datang. pengorbanan yang mungkin telah mulai terlupakan oleh sebagian generasi muda saat ini yang lebih memikirkan segala sesuatu yang bersifat materi tanpa menghargai sejarah dan apa yang telah di tinggalkannya, sejarah penting yang membawa Indonesia keluar dari lembah keterpurukan orde baru menuju indonesia yang kita lihat sekarang ini. reformasi, adalah apa yang lahir dari tragedi tersebut. satu kata yang butuh ratusan nyawa , ribuan pengorbanan, dan jutaan air mata untuk mewujudkannya, dan itu adalah apa yang kita rasakan sekarang ini. tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun, tulisan yang dikutip langsung dari kronologi peristiwa trisakti oleh senat mahasiswa universitas trisakti ini mencoba memberikan pandangan kepada kita tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa tersebut.
Mengenang Tragedi Trisakti 12 Mei 1998
jurnalposmedia.com
Keterangan : Jumlah mahasiswa yang belum kembali ada 9 orang. tragedi trisakti merupakan pelajaran berharga bagi kita semua, bagaiman suatu pengorbanan yang harus dibayar oleh sekelompok mahasiswa untuk memperjuangkan apa yang diyakininya tanpa pernah menyerah untuk kedamaian negrinya. kepada seluruh mahasiswa di negri ini, lanjutkanlah perjuangan kalian, baktikanlah pengetahuan kalian kepada masyarakat, dan jangan lah berhenti meneriakan kebenaran walaupun itu adalah hal terakhir yang kau teriakan.
Pengertian Tragedi Trisakti
Tragedi Trisakti merupakan peristiwa penembakan mahasiswa pada saat demontrasi yang menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Perisiwa tersebut terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 dan menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka-luka.
Mereka yang tewas tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada. Mahasiswa menuntut pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR.
Kejatuhan perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 membuat pemilihan pemerintahan Indonesia saat itu sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa ini supaya dapat keluar dari krisis ekonomi. Pada bulan Maret 1998 MPR saat itu walaupun ditentang oleh mahasiswa dan sebagian masyarakat tetap menetapkan Soeharto sebagai Presiden. Tentu saja ini membuat mahasiswa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa ini dari krisis dengan menolak terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden. Cuma ada jalan demonstrasi supaya suara mereka didengarkan.
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998.
Insiden besar pertama kali adalah pada tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun Jakarta karena mahasiswa dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB ditolak masuk ke dalam kampus IPB sehingga bentrok dengan aparat. Saat itu demonstrasi gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tingi di Jakarta merencanakan untuk secara serentak melakukan demonstrasi turun ke jalan di beberapa lokasi sekitar Jabotabek.
Namun yang berhasil mencapai ke jalan hanya di Rawamangun dan di Bogor sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan puluhan mahasiswa luka dan masuk rumah sakit.
Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi sejak mereka berani turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presinden Indonesia saat itu yang telah terpilih berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlansung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka.
Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa. Jakarta geger dan mencekam.
Proses Terjadinya Tragedi Trisakti
Tragedi Trisakti yang di identikkan dengan demontrasi yang menuntut turunnya Soeharto sebagai Presiden merupakan salah satu titik balik. Kematian yang terjadi dalam tragedy tersebut bersama dengan keruntuhan ekonomi, kebrutalan ABRI, korupsi rezim, dan kemustahilan akan adanya reformasi , telah memporak-porandakan benteng terakhir keabsahan rezim dan ketertiban sosial.
Kerusuhan missal terjadi di berbagai tempat. Dan yang terparah adalah di Jakarta dan Surakarta. Perusahaan para cukong dan keluarga Soeharto merupakan sasaran utama pembakaran dan penjarahan. Bank Central Asia milik Liem Sioe Liong merupakan obyek serangan utama.
Rumah Liem di Jakarta dijarah dan dibakar. Lebih dari seribu jiwa yang tewas di Jakarta.
Jika diamati, peristiwa Trisakti tersebut dilator belakangi oleh Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian.
Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti.
Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.
Read more...
Read more...